Semua fenomena itu adalah
proyeksi pikiran. Bila apa yang kita inginkan adalah sebuah kebahagiaan,
mengapa kita perlu memahami otak ?". Tidak bisakah kita memikirkan hal-hal
yang menyenangkan ? membayangkan tubuh kita dipenuhi dengan cahaya-cahaya
putih. Salah satu halangan utama yang kita hadapi ketika kita mencoba menganalisa
pikiran kita adalah keyakinan yang sudah mendalam dan terkadang tidak disadari,
kita ini terlahir sudah seperti ini, dan tidak ada satupun yang bisa untuk
mengubahnya.
Salah satu metafora yang menarik
tentang otak, yakni pernyataan dari Robert B. Livingston, M.D., Ketua dari
Departemen Neurosains di Universitas San Diego (1987), menerangkan "Bahwa
pikiran seperti simfoni yang menghasilkan nada yang baik dan berdisiplin
tinggi". Ibarat kelompok musik yang bekerja bersama-sama untuk menciptakan
hasil tertentu seperti gerakkan, ide, perasaan, memori dan sensasi fisik. Apa
yang terjadi di dalam otak dari sudut ilmiah dengan peran berlatih meditasi
mampu merubah seseorang yang sering diserang kepanikan menjadi seseorang yang
kini dengan tenang dan bijak dalam menyikapi setiap permasalahan kehidupannya.
Aktvitas otak dilakukan oleh
sejenis sel yang bernama Neuron, dan neuron-neuron tersebut didalam kepala kita
membuahkan rasa sensasi, gerakan, penyesalesaian masalah, menciptakan memori
dan menghasilkan bentuk pikiran dan perasaan. Sel-sel penggosip ini terlihat
sama seperti pohon, terdiri dari batang yang dikenal dengan axon dan
cabang-cabang yang menjulur keluar untuk mengirim dan menerima pesan-pesan dari
sel-sel saraf lainnya, yang bergerak melalui jaringan otot dan kulit,
organ-organ vital dan organ-organ sensasi, yang dirangsang dan dibawa oleh
molekul-molekul kimia yang disebut dengan Neutransmitter yang menciptakan
signal-signal elektrik dan dalam medis biasanya dapat diukur dengan EEG.
Molekul neutransmitter yang cukup terkenal seperti serotonin yang sangat
berpengaruh saat orang mengalami depresi. Begitu pula Dopamine zat kimia yang
merangsang sensasi kesenangan dan Epinephrine atau yang dikenal dengan
adrenalin (zat kimia yang merespon stres, kegelisahan dan ketakutan).
Dalam istilah Neurasains,
kemampuan untuk mengganti koneksi-koneksi neuraon yang lama dengan yang baru
disebut "Plastisitas Neural" atau dalam bahasa inggris
"Pliability" (Fleksibilitas). Dimana sebuah pengalaman berulang-ulang
dapat mengubah cara pikiran bekerja. Ini makanya latihan rutin meditasi pun
mampu merubah keadaan mental yang membawa kesedihan menjadi sebuah ketenangan
dan kesenangan yang membuat hidup seseorang lebih merasa bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar