SELAMAT DATANG DI WEB LOG ADEM ATI CENTER. HP. 082301433410 # IKUTI TERUS UP DATE ADEM ATI NEWS: Majalah Online Meditation Indonesia.

Kamis, 25 Februari 2016

Silsilah dalam Belajar Ilmu Meditasi

Metode mengamati dan menganalisa pikiran secara langsung disebut pula dengan Meditasi. Sebenarnya teknik kuno ini telah dilakukan oleh para bijak ribuan tahun lalu dan kini telah dipopulerkan oleh para ilmuwan sebagai psikoterapi dan penyembuhan penyakit.

Dalam mempelajari meditasi guna memahaminya, pengetahuan konseptual saja tidak cukup , karena anda harus memiliki keyakinan yang bersumber dari pengalaman.

Seorang pertapa dari India provinsi Bihar yang telah mempraktekkan meditasi ribuan tahun lalu  disebuah tempat yang bernama Bodhgaya, ia mempraktekkan meditasi pertama kali dengan membayangkan sebuah pohon dan menyelami dalam, semakin dalam ke dalam pikirannya. Setelah hari demi hari berlalu akhirnya ia menemukan apa yang ia cari selama ini yakni sebuah kesadaran yang tidak mudah dihancurkan dan tidak terbatas.    


Setelah bangkit dari meditasinya kini pertapa itu bukan lagi seorang pertapa seperti diri sebelumnya melainkan mejadi "ia yang tersadarkan". Ia kini telah menyadari potensi sejatinya yang sempurna, yang sebelumnya dibatasi oleh apa yang kita sebut sebagai dualisme. Dualisme ini adalah bukannya kelemahan atau kesalahan. Ia adalah sebuah mekanisme bertahan yang rumit yang mengakar kuat didalam stuktur dan fungsi otak dan dapat diubah menjadi sebuah energi yang dahsyat melalui pengalaman bermeditasi. Ajaran kasih dan pengendlian diri yang muncul pada performa meditasi pada Sang Pertapa ini diikuti ribuan bahkan jutaan muridnya. Lebih dari 2500 tahun kemudian ajaran kasih dan meditasi ini menjadi ketertarikan para ilmuwan untuk meneliti praktek meditasi (Insight). Peneltian ini lebih akurat lagi setelah mereka melakukan pendekatan ilmu meditasi lewat pengalaman dan praktek meditasi yang telah dilakukan para Guru-guru besar meditasi melalui cerita, metafora dan perumpamaan.  

Silsilah tertua dari ajaran Meditasi tertua misalnya di Tibet terkenal dengan aliran Nyingma yang artinya "Tua", sekitar abad ke 7 dan ke 9. Metode meditasi tertua ini dikenal dengan Kagyu yang artinya "Ka" = Perintah, "gyu" = Guru / Silsilah. Bagi mereka yang hidup mengabdikan diri berlatih dan belajar dalam mempraktekkan Meditasi mereka menyebarkan seluruh ilmu-ilmunya kepada murid-muridnya tapi mereka semua tetap satu taat ucapan atau perinyah guru-guru mereka yang bersilsilah. Silsilah seperti ini persis yang ada di Indonesia dengan ajaran padzikiran yang diterapkan pada perkumpulan jamaah majelis dzikir Thoriqot yang mengabdi dengan para guru yang bersilsilah dari guru ke guru. Tujuan dari ini semua adalah tiada lain dalam rangka menjaga dan melestarikan apa yang pernah diberikan oleh para guru-guru besar meditasi yang bersilsilah dan agar tetap murni sama seperti ayang telah diberikan metode praktek meditasi itu sendiri dari guru-guru sebelumnya dan dilaksanakan oleh murid muridnya dengan cara atau metode yang sama.

Budaya barat saat memahami Meditasi dalam penelitiannya, tidak percaya atau tidak memiliki budaya yang sama dalam hal transmisi energi dari guru ke guru atau transmisi spirit seorang guru besar meditasi yang berkelanjutan atau bersilsilah pada penerusnya, saat membingkai meditasi menjadi sebuah ilmu pengetahuan modern. Misalnya saja seorang sejenius Albert Einstein menghampiri murid-muridnya yang cerdas dan berkata, " Begni, sekarang saya akan ajarkan semua hal yang sudah saya pelajari dan kuasai kepada kamu. Tugas kamu adalah menjaganya beberapa waktu dan ketika saya kembali lagi ke kehidupan ini dengan tubuh yang lain 20 atau 30 tahun kemudian, tugas kamu adalah mengajarkan kembali semua hal yang sudah aku ajarkan kepada seorang anak muda yang akan mampu kamu kenali lewat petunjuk-petunjuk yang akan saya berikan kepadamu. Dan jika sesuatu yang buruk terjadi, kamu harus mengajarkan semua yang sudah aku ajarkan kepada kamu kepada beberapa murid yang lain yang kualitas akan kamu mampu kenali lewat apa yang akan saya tunjukkan kepada kamu - hanya untuk memastikan ajaranku tidak ada yang hilang".

Satu hal yang belum berubah dalam dunia modern saat ini adalah pentingnya menerima ajaran-ajaran lewat transmisi langsung dari mereka yang telah menguasainya dengan sempurna. Lewat hubungan langsung dengan guru-guru yang masih hidup, sesuatu yang sungguh berharga diberikan; seakan-akan seperti sesuatu yang hidup dan bernapas telah diberikan dari jantung sang guru kepada muridnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar