Kemurnian paling awal dan
mendasar yang penuh mampu melampaui kata-kata, konsep dan formulasi. Ini
merupakan definisi dari kekosongan sebagai "kemungkinan tanpa batas"
atau dapat disebut dengan Relativitas Persepsi. Apapun yang timbul dari potensi
tanpa batas ini, baik berupa kata-kata, ide, mobil, semua itu tidak benar-benar
ada tanpa sesuatu yang hadir dengan sendirinya, melainkan merupakan hasil dari
sebab dan kondisi yang tak terhitung jumlahnya. Jika ada sebab dan kondisi itu
tersebut yang berubah, fenomena lain pun akan terjadi.
Tatkala kita menganalisa
benda-benda materi, waktu, diri kita sendiri atau pikiran, akhrnya kita akan
tiba di sebuah titik di mana kita sadar bahwa hasil analisa kita gagal. Pada
saat kita berhenti mencari sesuatu yang absolut, kita meraih rasa kekosongan kita
yang pertama, esensi realitas tanpa batas, yang tidak bisa didefinisikan.
Ketika merenungkan faktor-faktor tanpa batas yang harus menyatu untuk
menciptakan diri, kemelekatan kita kepada aku, diri ini yang selama ini kita
yakini mulai melemah. Kita lebh menjadi bersedia untuk melepaskannya keingian
mengontrol atau menghalangi bentuk-bentuk pikiran, perasaan, sensasi dan
sebagainya dan mulai mengalaminya tanpa kepedihan atau perasaan bersalah,
menerimanya berlalu hanya sebagai sebuah manisfestasi dari kemungkinan-kemungkinan
tanpa batas.
Ketika melakukan ini, kita mendapatkan kembali sifat polos
kekanak-kanakan kita. Kita menjadi pendengar yang lebih baik, lebih sadar akan
apa yang terjadi disekeliling kita dan secara spontan juga pantas mampu
merespon keadaan yang dulunya menyusahkan atau membingungkan kita.
Perlahan-lahan ditingkat yang sangat halus kita tidak menyadari itu terjadi,
jernih dan penuh kasih. Dibutuhkan kesabaran yang hebat untuk belajar bagaimana
bisa melihat kemungkinan-kemungkinan itu terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar